Jumat, 16 Juli 2010

Catatan kaki : "Indonesia Yang Tidak Siap Berkompetisi dan Belajar dari Captain Tsubasa untuk Piala Dunia 2022".

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: elzaindra <elzaindra@yahoo.com>
Sender: readersdigest_indonesia@yahoogroups.com
Date: Mon, 12 Jul 2010 19:21:44 -0700 (PDT)
To: RDI Reader's Digest Indonesia<readersdigest_indonesia@yahoogroups.com>
ReplyTo: readersdigest_indonesia@yahoogroups.com
Subject: [readersdigest_indonesia] Catatan kaki : "Indonesia Yang Tidak Siap Berkompetisi dan Belajar dari Captain Tsubasa untuk Piala Dunia 2022".

 


Piala Dunia 2010 telah usai, Spanyol keluar sebagai Juara Baru World Cup 2010. Piala Dunia 2014 akan digelar di Brazil.

Pelajaran berharga bagi bangsa ini tentang visi, kemauan dan semangat untuk maju, serta mental sang Juara salah satunya adalah belajar dari kemajuan dan keberhasilan bangsa Jepang yang tidak saja maju di bidang industri dengan etos kerja yang tak tertandingi tapi juga olah raga disamping tetap mempertahankan tradisi adluhur dan budaya bangsanya.

Dalam Piala Dunia 2010, Jepang yang berada di peringkat 45 Dunia berhasil melaju ke babak 16 besar namun gagal ke semifinal ketika harus kandas melawan Paraguay tapi prestasi yang terukir dalam keikutsertaan Jepang untuk ke empat kalinya dalam Piala Dunia sejak 1998, 2002 dan 2006 merupakan catatan sejarah tersendiri yang membanggakan rakyat dan bangsa Jepang.

Dua puluh empat tahun lalu komikus Jepang Shueisha-Yoichi Takahashi membuat komik Kapten Tsubasa/Kyaputen Tsubasa/ Captain Tsubasa yang mempunyai tema sepak bola dan kemudian populer melalui film animasi Kapten Tsubasa yang dirilis di Televisi tahun 1986 yang sangat digandrungi anak-anak dan remaja Jepang dan dunia.

Cerita Komik Kapten Tsubasa ini dimulai dari kisah seorang anak SD yang bernama Tsubasa Ozora yang ingin sekali bermain sepak bola dan menjadi pemain bola terbaik. Hebatnya Pemerintah Jepang sangat mendukung dan memfasilitasi minat anak-anak dan remaja Jepang untuk menjadi Kapten Tsubasa dengan menyediakan fasilitas olah raga dan lapangan bola.

Dua belas tahun kemudian, 1998 dunia terkaget-kaget, Tim sepakbola nasional Jepang berhasil lolos dan ikut Piala Dunia FIFA pertamakali di Perancis setelah Timnas Jepang menang berkali-kali di ajang Piala Asia, menjadi juara 3 kali dalam empat final terakhir melawan Korea Selatan, China dan Iran.

Pencapaian Timnas Jepang semua gara-gara remaja Jepang yang keranjingan sepakbola dan semua ingin menjadi Captain Tsubasa serta dukungan dan kemauan kuat pemerintah Jepang untuk melihat anak bangsa Jepang maju dan menjadi Nomor Satu di dunia olah raga internasional.

Sementara di Indonesia tidak punya tokoh olahraga panutan dan bahkan komik asli pengarang Indonesia yg dapat menggugah dan membangkitkan minat baca dan spirit untuk menjadi juara dan pahlawan olahraga.

Anak-anak Indonesia sejak 30 atau 40 tahun lalu sejak TK hingga SD mendapat asupan kisah kecerdikan dan akal bulus "Si Kancil Mencuri Ketimun".

Kemudian, ketika anak-anak Indonesia tadi beranjak memasuki dunia kerja mereka faham benar ilmu kecerdikan "Si Kancil Mencuri Ketimun" ketika kelicikan dan akal bulus menjadi kecurangan dan seni pat gulipat tingkat tinggi bagaimana mengelabui orang lain maka jadilah korupsi ada dimana-mana dan koruptor merajalela.

Korupsi adalah hal yang paling mudah dilakukan di Indonesia karena UU dan tindakan hukum di Indonesia tidak memberi efek jera kepada pelaku korupsi. Indonesia adalah surga bagi koruptor.

Aparat dan penegak hukum masih bisa disuap, pengacara, jaksa dan hakim masih bisa main mata. Penjara hanya tempat istirahat sementara sembari mengatur strategi selanjutnya yang bisa dikendalikan dari dalam penjara. Harta hasil korupsi tidak terusik. Soal fasilitas dan kenyamanan hanya kurang sedikit dari kenyamanan di rumah sendiri tapi tidak kurang mewah dari hotel kelas melati.

Indonesia punya spirit selalu ingin menjadi yang "Nomor Satu" namun hal tersebut selalu terganjal karena dikondisikan oleh sebuah kepentingan yang memiliki urgensi komersil dan dominasi kepentingan individu yang sifatnya hanya sesaat tanpa memberi efek kedepan apapun yang lebih baik bagi si Nomor Satu.

Berapa banyak manusia Indonesia yang sudah tercatat dalam sebuah Rekor "Ter..., dan Paling...." di sebuah museum rekor tapi lihatlah apakah ada efek menuju perubahan kehidupan yang lebih baik bagi bangsa ini utamanya bagi pemegang rekor tersebut selain hanya sebuah sejarah dan catatan rekor fenomenal semata.

Berapa banyak pelajar Indonesia yang cerdas, jenius dan berprestasi mendapat tempat terhormat dan pekerjaan yang luar biasa baik di negeri orang dan akhirnya tidak pernah lagi kembali ke Indonnesia ?

Ambisi menjadi Nomor Satu ditunjukkan oleh PSSI secara mengejutkan mengirim proposal kepada FIFA mengajukan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 menjadi berita paling fenomenal.

Indonesia dalam sejarahnya tak pernah lolos ke putaran final Piala Dunia, bahkan tidak pula di tahap akhir di babak kualifikasi zona Asia.

Tujuh puluh dua tahun lalu, Indonesia adalah negara Asia pertama yang berlaga di ajang Piala Dunia 1938 di Prancis mengusung nama Nederlandsche Indiesche atau Netherland East Indies berbendera Hindia Belanda. Tapi itu bukan PSSI. Turnamen sepakbola terbesar yang pernah digelar di Indonesia adalah Piala Asia 2007.

Terus prestasi apa yang mau ditunjukkan Indonesia kepada dunia dalam Piala Dunia 2022 ? Tapi syukurlah, berita terakhir Indonesia mundur dari pencalonan tuan rumah Piala Dunia 2022.

Satu-satunya negara di dunia yang menyelenggarakan konggres sepakbola adalah Indonesia. Usulan Kongres Sepak Bola Nasional (KSN) yang berlangsung pada 30-31 Maret 2010 di Malang ini datang dari keprihatinan Presiden RI atas kondisi carut marut dan terpuruknya persepakbolaan Indonesia yang tidak menunjukan perubahan kearah perbaikan dan prestasi yang dapat dibanggakan sebagai sebuah bangsa.

Mengherankan lagi aneh sungguh bin ajaib, Ketua PSSI Nurdin Halid yang pernah dipidana dalam kasus korupsi dari dalam penjarapun tetap bisa mengendalikan manajemen PSSI hingga ia keluar penjara dan sampai saat ini setelah diprotes dan dituntut mundur karena kegagalannya selama tujuh tahun membangun prestasi PSSI tetap saja ngotot mempertahankan posisi dan jabatannya sebagai ketua PSSI dan Nugraha Besoes tetap aman sebagai Sekjen PSSI.

Badan olahraga lain seperti KONI bahkan Menpora sendiri tidak mampu berbuat banyak untuk mampu melengserkan orang-orang yang tidak berprestasi ini.

Lalu mau dibawa kemana PSSI jika tetap dipimpin oleh orang-orang seperti ini yang hanya mencari posisi dan jabatan dan tentu saja uang. Lalu sampai kapan PSSI akan mencapai prestasi membanggakan bangsa di kancah Regional Asean maupun Internasional?

Ketika saat kompetisi itu datang Nafsu besar tenaga loyo. Bahasa sederhananya problematika Olah Raga di Indonesia terlalu njelimet.

Masih ingat suporter Indonesia Hendri Mulyadi yang masuk lapangan di Stadion Senayan dan mengocek bola ke arah gawang Ali Al-Habsi saking gemasnya melihat permainan Tim Indonesia vs Oman yang tertinggal 0-2 dalam pertandingan kualifikasi Piala Asia 6 Januari 2010.

Kalau Indonesia mau berprestasi dan berniat ikut Piala Dunia 2022 banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi. Benahi, bongkar dan susun baru manajemen PSSI, siapkan Dana yang lebih dari cukup, siapkan bibit dan kader terbaik, datangkan pelatih internasional, hargai prestasi olahragawan.

Bahkan jika Menteri Olah Raga sekalipun dianggap tidak mampu menunjukkan prestasi yang membanggakan setahun awal ia menjabat harus ada tindakan tegas dan berani mencopot dan gantikan dengan Menpora yang mempunyai komitmen tinggi untuk berprestasi dan menjadi juara, karena kita tidak punya waktu lagi dan negara tidak menggaji orang-orang yang tidak berprestasi.

Well, mungkinkah ?
Biarlah waktu yang membuktikan.......?!!!

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: